Ziggy dan Hutan Kancing

Di sebuah desa yang tenang, hiduplah seekor rakun kecil bernama Ziggy. Ziggy suka sekali baju bergaris dan piyama kotak-kotak, tapi ada satu masalah: ia selalu minta Mama yang memakaikannya. “Kancingnya susah!” katanya sambil melepaskan baju seperti ikan licin.

Suatu pagi yang dingin, Mama bersin sampai keluar serpihan salju dan harus istirahat di tempat tidur. “Coba hari ini Ziggy mandiri” bisiknya sambil memberikan sweter favorit Ziggy—yang ada kantong berbentuk bintang. Ziggy menatap kancing-kancing itu. Mereka menatap balik seperti kumbang nakal.
Dia mencoba. Kancing pertama masuk… ke lubang yang salah. Sweter-nya miring, kantong bintangnya terjuntai seperti telinga lemas. Celananya terbalik, saku menempel di lutut. Kesal, Ziggy merebah di karpet—tapi tiba-tiba, kancing sweternya berkilau, dan benangnya berdengung pelan.

Penasaran, Ziggy masuk ke lemari. Di dalam, bajunya hidup! Kaus kaki melompat seperti ulat, topi menggulung seperti siput, dan kancing-kancing di sweter mengedip. “Kami akan ajari kamu!” seru sarung tangan. Lengan baju berkepak, mengajarkan Ziggy cara memasangkan kancing dengan “teman”-nya (lubangnya). Celana berputar seperti komidi putar, menunjukkan mana depan-belakang.

Saat makan siang, Ziggy sudah berpakaian—miring tapi bangga! Ia lari ke Mama, yang tersenyum sampai kumisnya melengkung. Sorenya, ia bahkan membantu Tilly si kura-kura melepaskan simpul syal.
Sekarang, kancing Ziggy kadang masih bandel, tapi ia bisik, “Aku bisa!” Dan kalau kamu mengintip lemarinya di malam hari, mungkin kamu lihat bajunya latihan menari… siapa tahu Ziggy butuh les privat!