Milo dan Pesta Mainan Tengah Malam

Di rumah kecil dekat hutan ajaib, hiduplah beruang kecil bernama Milo yang kamarnya selalu penuh mainan. Naga-naga boneka bertengger di kursi, kereta kayu berseliweran di bawah tempat tidur, dan puzzle bertebaran seperti kertas warna-warni. Milo suka berpetualang—membangun menara setinggi bulan, mengadakan pesta teh untuk dinosaurus—tapi setelah bermain, ia selalu bilang, “Beresinnya besok saja!”.

Suatu malam, Milo terbangun karena suara kretek-krotok! Kotak mainannya terbuka, dan pasukan timahnya berbaris sambil menabuh panci dengan sendok. Naga boneka mengepakkan sayap dari kaos kaki, menerbangkan buku-buku, sementara kepingan puzzle melompat-lompat seperti katak kesal. “Main lagi!” seru mereka. Tapi ini bukan mainan biasa—semua jadi kacau! Mainan nabrak-nabrak, tersangkut tali lompat, dan terjepit balok kayu.

Milo mencoba mengembalikan mereka ke kotak, tapi mainan-mainan itu tertawa geli. Kereta api mainan membunyikan peluit, “Kamu tinggalkan kami sembarangan! Sekarang kami harus main terus!” Kamar Milo jadi lautan beruang terbang dan bola-bola melambung. Milo yang lelah bersembunyi di selimut sampai pagi. Saat matahari terbit—puf!—mainan kembali ke tempatnya.
Malam berikutnya, terjadi lagi! Tapi kali ini, Milo melihat naga boneka sayapnya sobek, puzzle ada yang melengkung, dan pasukan timah penyok. “Kami lelah tersesat,” bisik kereta api. Milo sedih. Esoknya, ia menata mainan dengan rapi—naga di kotak, puzzle di tempatnya, kereta di rak.

Malam itu… sunyi. Tapi saat Milo mengintip, ia melihat cahaya lembut: mainan-mainan mengadakan pesta kecil, berbaris rapi, memperbaiki diri. Naga boneka tersenyum, “Terima kasih sudah menjagamu.” Sekarang, usai bermain, Milo punya ritual bahagia: mengembalikan mainan ke “rumah” mereka, siap bermimpi sampai petualangan berikutnya.