Luna dan Ombak Keseratus

Di tepi pantai sebuah teluk yang menawan, di bawah langit senja yang indah, hiduplah seekor bintang laut kecil bernama Luna. Luna bukanlah bintang laut biasa yang menghabiskan malam bermain petak umpet di antara terumbu karang. Sebaliknya, Luna sangat suka menghitung ombak. Setiap malam, dia berbaring nyaman di dalam sebuah cangkang kerang, lalu mulai menghitung dengan lembut: satu, dua, tiga… saat setiap ombak gemerlap perlahan menyentuh pasir.

Suatu malam yang istimewa, Luna bertekad ingin menghitung sebanyak mungkin ombak. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan tetap terjaga hingga mencapai angka seratus ombak. Maka, saat bulan menari di atas laut, Luna mulai menghitung dengan suara kecilnya mengikuti setiap deburan lembut. Sekitar ombak ke dua puluh tiga, seekor lumba-lumba keperakan melintas sambil memercikkan air yang berkilauan. Luna tertawa geli, tetapi tetap fokus melanjutkan hitungannya.

Pada ombak ke empat puluh tujuh, seekor kepiting lucu lewat sambil memainkan kerang-kerang kecil di antara capitnya. Luna tersenyum melihat tingkahnya, namun ia tetap melanjutkan hitungan. Di ombak ke enam puluh lima, ubur-ubur bercahaya melayang-layang cantik seperti lentera di bawah permukaan laut. Luna tergoda untuk berenang dan berdansa bersama mereka, tetapi ia memilih tetap duduk nyaman di cangkangnya, matanya tetap terpaku pada ombak yang datang.

Namun saat mencapai ombak ke delapan puluh dua, Luna mulai merasa sangat mengantuk. Mata mungilnya semakin berat, suaranya semakin lirih. Ia berusaha bertahan, tidak ingin melewatkan satu pun ombak. Akan tetapi, suara lembut ombak, hembusan angin yang menenangkan, serta cahaya bulan yang hangat, semuanya seolah berbisik pada Luna untuk beristirahat. Tapi Luna terus bertahan, takut melewatkan sesuatu.
Saat ombak ke sembilan puluh sembilan hampir tiba, Luna berjuang keras, berkedip-kedip dengan mata yang sangat berat. Tiba-tiba, seekor kura-kura laut tua melayang lembut di sebelah cangkangnya. "Luna kecil," bisiknya lembut, "akan selalu ada lebih banyak ombak esok hari." Luna mengerjapkan matanya pelan-pelan, merasakan hangat dan nyaman dari kata-kata lembut kura-kura itu. Akhirnya, saat ombak keseratus mencium lembut pantai, Luna tertidur dengan pulas dan damai.

Malam berikutnya, Luna terbangun dengan segar dan ceria, siap untuk menghitung kembali ombak-ombak yang datang. Kali ini, ia menyadari sesuatu yang istimewa:tidak perlu tergesa-gesa, karena ombak-ombak laut akan selalu ada, sabar menunggu. Sejak malam itu, Luna menikmati setiap ombak, setiap makhluk laut, dan setiap kilauan cahaya tanpa terburu-buru menghitung semuanya sekaligus.
Dan begitulah, di bawah bulan yang tersenyum, Luna belajar kebijaksanaan sederhana tentang kesabaran, keseimbangan, dan pentingnya beristirahat. Karena terkadang, kebahagiaan terbesar bukanlah tentang seberapa banyak yang bisa dihitung, tetapi tentang menikmati setiap momen ajaib yang lewat dengan lembut.