Jody dan Hutan Berbisik


Di tepi dataran hijau yang dijaga oleh pepohonan tinggi, hiduplah seekor kelinci putih bernama Jody. Bulunya seputih salju, dan matanya bersinar seperti bintang. Setiap senja, Jody suka duduk di bawah Pohon Beringin Tua yang daunnya berkilau keperakan. Pohon itu sering berbisik tentang Hutan Berbisik—tempat di mana angin menyanyikan lagu rahasia dan jalanan bisa menghilang jika bulan sedang murung. “Jangan pernah masuk sendirian, Jody,” gemuruh batangnya yang berkerut. “Hutan itu penuh cerita, tapi cerita tak selalu ramah pada yang ceroboh.”

Suatu malam, Jody melihat jejak jamur ajaib bersinar di pinggir hutan. Hatinya berdebar-debar. Tanpa pikir panjang, ia melompat mengikuti cahaya keemasan itu, melupakan nasihat Pohon Beringin Tua. Semakin dalam ia masuk, semakin banyak suara bisikan: dedaunan berdesis, akar bergumam, dan bebatuan tertawa kecil. Tapi tiba-tiba… jamur-jamur itu padam! Jody tersesat di antara bayangan-bayangan panjang yang menari-nari seperti hantu.

Saat ketakutan, sekumpulan kunang-kunang muncul dari balik semak. Tubuhnya berkedip lembut, seperti lentera ajaib. Jody, yang ingat pesan Pohon Beringin Tua, mengangguk sopan dan berkata, “Tolong… aku mau pulang.” Kunang-kunang itu pun berputar membentuk lingkaran cahaya, menuntun Jody melewati sungai yang airnya berbisik “ssst… ikuti kami,” dan bunga-bunga yang mekar hanya untuknya.

Di ujung hutan, Pohon Beringin Tua sudah menunggu. Dahannya yang kokoh merangkul Jody seperti seorang kakek. “Kunang-kunang itu adalah sahabatku sejak ratusan musim lalu,” bisiknya. “Mereka selalu siap menolong anak-anak yang mau mendengar nasihat orang tua.” Sejak saat itu, Jody tak pernah lagi meremehkan kata-kata sang pohon. Setiap malam, ia duduk di akarnya yang hangat, mendengar kisah-kisah tentang zaman di mana langit masih belajar menyala.

Jody dan Hutan Berbisik | Narra Kids