Ide-Ide di Bawah Pohon Beringin

Di tepi hutan kecil dekat Desa Cempaka, tiga sahabat—Kiko si tupai, Lala si kancil, dan Gogon si kura-kura—sering berkumpul di bawah pohon beringin tua. Mereka menyebutnya "Pohon Ide", karena setiap masalah selalu diselesaikan di sana.

Suatu musim kemarau, kolam tempat mereka mandi mengering. “Aku punya ide!” Kiko berseru. “Kita gali sumur!” Tapi tanahnya keras seperti batu. Cakar kecil Kiko tak sanggup.
Lala mengusulkan: “Kita cari mata air di bukit!” Mereka berjalan jauh, tapi hanya menemukan batu dan semak kering. Gogon yang lelah berkata, “Bagaimana kalau kita minta petunjuk pada Pohon Ide?”

Malam itu, mereka duduk melingkar. “Mungkin kita perlu bantuan angin,” bisik Kiko. “Atau kita buat hujan buatan!” Lala berdecak. Gogon diam, lalu berkata pelan, “Aku ingat… dulu ada cerita tentang akar pohon yang menyimpan air.”

Keesokan pagi, mereka menggali tanah di sekitar akar beringin tua. Sedikit demi sedikit, air bening merembes. “Berhasil!” seru Lala. Tapi airnya terlalu sedikit. “Aku punya ide lagi,” Gogon tersenyum. “Kita buat saluran dari daun talas!”

Daun talas besar mereka susun seperti pipa, mengalirkan air ke kolam. Burung-burung di hutan ikut membantu membawa kerikil untuk memperkuat saluran. Saat matahari terik, Kiko berteduh di bawah daun sambil berbisik, “Pohon Ide memang tak pernah bohong.”
Minggu berikutnya, kolam mereka penuh lagi. Bahkan katak-katak dan capung ikut pindah ke sana. “Ide siapa yang paling hebat?” tanya Lala suatu sore. Gogon menggeleng, “Ide kita semua. Seperti akar pohon—tak ada yang tumbuh sendirian.”
Kini, tiap ada masalah, mereka tak hanya berdebat. Mereka menggambar rencana di pasir, menguji ide satu per satu, dan selalu menyisakan waktu untuk mendengar usul yang paling pelan sekalipun.